FRESH GRADUATE JANGAN PILIH-PILIH KERJA, TERIMA SAJA DULU... [2]

Tim Redaksi
0

 


Setelah itu, saya kembali ke kost-an. Saya kost di pinggiran Jakarta Selatan. Meski, beberapa kampus di wilayah itu menyebutnya Jakarta. Tetapi, secara teritorial, sebenarnya masuk wilayah Banten.


Sebenarnya, waktu negosiasi honor itu, saya tidak punya 'patokan'. Saya tidak tahu standar honor guru swasta waktu itu. Yang saya tahu, saya harus bayar kostan, ongkos transportasi (angkot), dan makan. Saya belum menghitung biaya kesehatan, ongkos ojek (karena dari jalan raya ke tempat kost kira-kira 500 meteran), dan menabung agar bisa nikah.


Waktu itu, saya tidak menyesal sama sekali. Doktrin yang ditanamkan di alam bawah sadar saya adalah "Kamu harus bisa menghargai diri Kamu sendiri." Dan saya pikir waktu itu, saya sudah berjalan di atas jalan yang benar. Yang jelas, menurut hitungan matematis pun, honor Rp 350.000 perbulan untuk Jakarta, rasanya masih kecil nilainya.


Tapi, ya sudah. Saya pun sudah memutuskan untuk tidak menerima pekerjaan itu.
Aktivitas saya kembali seperti semula. Pagi-pagi di kost baca koran. Bukan berita yang dibaca, tapi lowongan kerja. Kalau ada lowongan pekerjaan yang dirasa cocok dan saya bisa mengerjakannya, saya langsung berkemas, menyiapkan surat lamaran, dan pergi ke kantor pos.


Tak ada aktivitas lain. Begitu saban hari. Cari lowongan kerja, kirim lamaran kerja, dan menunggu panggilan kerja.



Sampai kapan cari lowongan kerja, baca lanjutan kisahnya....



Posting Komentar

0Komentar

kritis, konstruktif dan solutif

Posting Komentar (0)