Ini cerita saya. Kisah ini selalu saya bagikan kepada mahasiswa-mahasiswa yang saja ajar.
Saya termasuk dalam kelompok orang yang tidak beruntung ketika selesai kuliah. Ketika menjadi fresh graduate, saya tidak langsung bekerja. Saya harus menebar banyak surat lamaran ke banyak sekolah swasta dan perusahaan.
Dan, sebanyak surat lamaran yang saya kirim, sebanyak itu pula saya tidak diterima.
Oo.. iya, saya lulus kuliah tahun 2001.
Sebenernya, setelah lulus kuliah itu, saya sempet melamar ke sekolah bonavid di daerah Jakarta Selatan. Saya melamar di Perguruan Tinggi yang mencetak para guru-guru taman kanak-kanak [PGTK], untuk posisi kepala sekolah.
Pada prinsipnya, saya diterima bekerja di perguruan tinggi itu dengan posisi Kepala Sekolah Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak [PGTK] untuk ditempatkan di cabang Bintaro, Jakarta Selatan. Dan, pekerjaan ini sudah linier dengan pendidikan sarjana saya.
Sebelum saya terima posisi tersebut, saya dipanggil HRD perguruan tinggi itu untuk negosiasi honor. Semula, saya ditawarkan honor Rp 300.000,- perbulan dengan fasilitas mess di sekolah. Ini tahun 2001.
Waktu itu, honor Rp 300.000,- perbulan menurut saya kecil. Apalagi, saya mengurus perguruan tinggi, meski hanya tingkat Diploma I. Alhasil, setelah negosiasi, yayasan tempat perguruan tinggi itu bernaung menambahkan menjadi Rp 350.000,- perbulan dengan fasilitas sama.
Kemudian, saya diminta memilih lokasi penempatan. Ada dua pilihannya; di Bintaro Jakarta Selatan atau di Denpasar Bali.
Saya menawarkan dua opsi. 1. Saya terima honor 350.000,- perbulan dengan fasilitas mess dan penempatan Bali. 2. Saya terima penempatan di Bintaro Jakarta Selatan dengan fasilitas mess, tapi honor ditambah menjadi Rp 400.000,- perbulan.
Saya punya alasan kenapa memilih Bali dengan honor lebih kecil. Pertama, saya fresh graduate. Kedua, saya merasa punya kesempatan menambah Bahasa Inggris saya kalau di Bali.
Tapi sayang, untuk penempatan Bali, ternyata sudah ada orangnya. Berarti tidak ada pilihan lain, yaitu penempatan di Bintaro Jakarta Selatan. Qodarullah, pihak yayasan tidak mau menyetujui permintaan saya soal honor Rp 400.000,- tersebut.
Alhasil, tidak terjadi kesepakatan. Saya pun tidak bekerja di perguruan tinggi tersebut.
Apa yang terjadi setelah itu?.......
Baca lagi di bagian #2 tulisan ini. Klik di sini.
*Foto dimabil dari https://convergence.id/tag/hrd/
kritis, konstruktif dan solutif