Patung Selamat Datang Indonesia yang
terbuat dari perunggu itu dibangun tahun 1962 dan hingga kini masih ramah
menyapa siapa saja yang datang ke Jakarta. Dan, patung pemudi itu memegang
seuntai buket bunga di tangan kiri, dengan tangan kanan melambaikan tangan.
Hangat sekali…
SEBENTAR lagi, Jakarta tidak lagi
menyandang status Daerah Khusus Ibu Kota [DKI]. Statusnya berganti menjadi
Daerah Khusus Jakarta [DKJ]. Musababnya, ibu kota negara [IKN] akan dipindah ke
Kalimantan. Rancangan Undang-Undang [RUU] IKN sudah disahkan Dewan Perwakilan
Rakyat [DPR] RI pada 3 Oktober 2023. RUU tersebut merupakan perubahan atas UU
Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN.
Tapi, patung selamat datang Indonesia
akan tetap ada. Tak peduli Jakarta berubah status atau tidak. Menjadi ibu kota
negara atau tidak. Patung setinggi kurang lebih 17 meter itu tetap akan menyapa
siapa saja yang datang ke Jakarta dengan ramah, hangat, lambaian tangan dan buket
bunga di tangan.
“Selamat datang di Jakarta. Kami akan
tetap menyambut mu meski Jakarta tak lagi jadi ibu kota,” kira-kira begitu,
kalau patung pemuda-pemudi itu bisa ngomong.
Usia patung yang dibangun tahun 1962 itu kini berumur 61 tahun. Berdiri di tengah-tengah bundaran jalan yang menghubungkan Jalan MH Thamrin di sebelah utara, Jalan Jenderal Sudirman sebelah selatan dan Jalan Imam Bonjol sebelah timur serta Jalan Kebon Kacang di sebelah barat. Posisi patung menghadap ke utara, ke arah Istana Kepresidenan dan Monumen Nasional [Monas]. Saat itu, Monas belum ada. Monas masih berupa lapangan Ikatan Atletik Djakarta [Ikada].
Kok, Menghadap Utara?
Mmm… kok bisa, patung selamat datang
menghadap ke utara? Memangnya para tamu mancanegara kalau datang ke Indonesia
datangnya dari sebelah utara? Bukannya tamu-tamu dan turis luar negeri, atau WNI
(warga negara Indonesia) yang kembali dari luar negeri datangnya dari Bandara
Soekarno-Hatta, dan tidak melewati patung itu? Rasanya, kok nggak cocok kalau
disebut patung selamat datang, karena posisinya di tengah kota.
Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu
banyak menggelayut di pikiran gen Z. Ini mungkin lho ya… Atau jangan-jangan
benar, banyak gen-z yang belum tahu tentang ini. Nah, sekarang, buat yang belum
tahu, dikasih tahu nih…
Sebenarnya, dulu, Bandara Internasional
pertama di Indonesia bukan Bandara Soekarno-Hatta, tapi Landasan Bandara
Kemayoran. Landasan Bandara Kemayoran ini dibangun tahun 1934 oleh pemerintah
kolonial Belanda dan diresmikan 8 Juli 1940 sebagai lapangan terbang
internasional. Bandara ini dikelola oleh Koninklije Nederlands Indische
Luchtvaart Maatschappy [KNILM]. Dengan segala ceritanya, Bandara Kemayoran
berhenti beroperasi pada 31 Maret 1985.
Sementara, pembangunan patung selamat
datang yang memiliki desain sepasang pria dan wanita bertujuan menyambut para
tamu negara. Saat itu, Indonesia berumur baru 17 tahun sejak proklamasi
kemerdekaan dibacakan pada tahun 1945. Soekarno, Presiden RI pertama menyebut
patung selamat datang sebagai wajah Indonesia yang baru, yang merdeka, dan
bersahabat dengan dengan dunia internasional.
Kala itu, tahun 1962, Indonesia menjadi
tuan rumah Asian Games ke IV. Para atlet dan official itu tiba di Bandara
Kemayoran, bertanding di lapangan Ikada dan Gelanggang Olahraga [GOR] Bung
Karno, sekarang lebih dikenal dengan Gelora Bung Karno atau GBK, dan menginap
di Hotel Indonesia. Di zamannya, Hotel Indonesia merupakan hotel paling megah,
bergengsi dan prestisius.
Jadi, posisi patung selamat datang saat
itu sudah pas, menyapa para tamu yang datang dari sebelah utara. Ditambah lagi,
mereka menginap di hotel yang kini berubah nama menjadi Hotel Indonesia
Kempinski, di sisi jalan sebelah barat. Jelas ya sekarang…
Di Balik Layar Pembuatan
Pradesain patung selamat datang
dikerjakan oleh Henk Ngantung, seniman yang menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta
waktu itu, atas perintah Presiden Soekarno, dalam rangka menyambut pesta
olahraga Asian Games ke-IV. Seniman yang membuatnya adalah Edhi Sunarso dan tim
Pematung Keluarga Arca Yogyakarta yang terdiri dari Trisno, Askabul, Sarpomo,
Mon Mudjiman, Suardhi dan Suwandi.
Media yang digunakan pada patung
selamat datang ini merupakan perunggu dengan teknik cor. Ukuran patung dari
kaki sampai kepala 5 meter. Sedangkan tinggi keseluruhan, dari kaki sampai
ujung tangan yang melambai itu 7 meter. Tinggi dudukan atau vootstuk 10 meter. Sekarang,
patung ini menjadi aset Pemerintah Provinsi [Pemprov] DKI Jakarta.
Saban lima tahun sekali, Pemprov DKI
Jakarta melakukan perawatan terhadap patung itu. Tahun 2012, Pemprov DKI
Jakarta melakukan renovasi untuk bundaran yang sekaligus kolam di bawah patung.
Bundaran ini dikenal dengan Bundaran Hotel Indonesia atau Bundaran HI.
Selain melakukan pemugaran Bundaran HI,
Pemprov DKI juga meninggikan dudukan patung selamat datang menjadi 30 meter. Di
sekeliling bundaran ditambahkan hiasan. Dan air mancurnya sendiri menyimbolkan
tanda memberi salam kepada semua warga dan tamu yang berkunjung ke Jakarta.
Kini, sang Maestro Edhi Sunarno sudah
wafat. Pematung patung selamat datang itu wafat pada Senin, 04 Januari 2016
sekitar pukul 22.53 WIB di Sleman, Yogyakarta. Selamat jalan Maestro…
Titik Demonstrasi
Tahun 1962, kodisi Jakarta tidak
seperti sekarang. Di daerah itu merupakan kebun sayur. Jakarta masih lapang. Kini,
sudah banyak bangunan menjulang di sekeliling patung selamat datang. Patung
selamat datang kini dikelilingi hutan beton. Dulu, patung selamat datang
merupakan bangun tertinggi, sebelum akhirnya berdiri Monumen Nasional. Sekarang
bukan lagi yang tertinggi.
Tahun 1998, era pergerakan reformasi,
Bundaran Hotel Indonesia menjadi tempat bagi mahasiswa melakukan aksi
demonstrasi. Mahasiswa dari berbagai penjuru dan kampus kumpul ruah di sini.
Sampai sekarang, Bundaran Hotel Indonesia menjadi titik bagi masyarakat yang
menyampaikan aspirasi, aksi demonstrasi dan kirab-kirab nasional. Posisi
Bundaran Hotel Indonesia yang strategis, menjadi magnet tersendiri bagi
masyarakat yang ingin berekspresi, menyampaikan aksi demonstrasi, dan
kirab-kirab nasional.
Bahkan, ketika moment car free day
[hari bebas kendaraan bermotor] di jalan MH Thamrin, Bundaran Hotel Indonesia
yang notabene terdapat patung selamat datang Indonesia itu, juga menjadi tempat
pavorit masyarakat untuk selfi [swafoto] dan lain sebagainya. Jadi, berstatus Daerah
Khusus Ibu Kota [DKI], atau pun Daerah Khusus Jakarta [DKJ], patung selamat
datang Indonesia akan tetap menyapa siapa saja yang datang ke Jakarta dengan
ramah, hangat, buket bunga dan lambaian tangan.
FOTO: https://gni.kemdikbud.go.id/
kritis, konstruktif dan solutif