SEPEKAN PENUHI UNDANGAN KEMENTERIAN PELANCONGAN MALAYSIA [1]
SELEPAS tiba di LCCT-Kuala Lumpur International Airport, saya--bersama media nasional lainnya-dijemput tour guide menuju Berjaya Time Square Hotel. Di hotel yang bercampur dengan pusat belanja ini kami menginap. Setelah lunch dengan suguhan makanan hotel, pukul 1500 hrs (14.00 WIB) kami diantar ke The Saujana, Subang untuk mengikuti official programme.
Kami datang
telat di resort dan hotel yang masih berada di kawasan Kuala Lumpur itu.
Untunglah urusan registrasi sudah ada yang mengurus. Jadi, kami tinggal masuk
ke ballroom untuk mengikuti official programme. Begitu pintu ruangan
saya buka, waw...sudah banyak wartawan yang duduk khusuk mengikuti pemaparan
objek wisata Malaysia.
“The branding of Malaysia as a luxury destination and our efforts to attract high yield tourists to Malaysia have been well-received and this has made a difference," kata
Menteri Pelancongan Malaysia, Dr. Ng Yen Yen.
Ternyata yang
diundang bukan cuma wartawan Indonesia. Ada 146 partisipan dari 22 negara dunia
yang diundang. Negara Asean diundang semua. Di luar itu, di antaranya ada
Australia, Belgia, Francis, Jepang, India, Selendia Baru, Rusia, Turki, Inggris,
Kanada, dan Korea Utara.
Para peserta disuguhi slide dan film-film objek wisata berdurasi pendek di layar proyektor. Semua film, mayoritas berisi keindahan bawah laut Malaysia, plus golf dan rumah sakit. Official programme ditutup dengan pembagian sertifikat untuk peserta. Terus rehat dan dilanjutkan lagi pukul 2000 hrs.
Selama waktu
rehat, acara diisi dengan jamuan makanan ringan. Di sini jadwal acara mulai
berubah-ubah. Yang semula acara hanya dihadiri Acting Direktor General of
Tourism Malaysia, Dato' Haji Azizan Noordin, ditingkatkan menjadi dihadiri
Menteri Pelancongan Malaysia, Dr. Ng Yen Yen. Sang menteri perempuan ini datang
sekira pukul 2000 hrs, disambut dengan karpet merah dan langsung diantarkan ke
meja VIP, di ballroom yang sudah disulap menjadi tempat jamuan makan malam yang
semua digunakan untuk official programme.
Tak ada
perbedaan mencolok antara meja VIP dengan yang bukan VIP. Mejanya sama-sama bundar
untuk 8 orang, berada di ruangan yang sama (ballroom) dan tanpa pembatas.
Bedanya, di meja VIP, jamuan dinner-nya sudah tersedia. Sedangkan di meja non-VIP
harus antre mengambil makanan yang disediakan di luar ballroom.
Sebelum dinner dimulai, Ng Yen Yen memberi sambutan pembuka. Dia menjelaskan sektor pariwisata di Malaysia yang terus bertumbuh. Kunjungan wisatawan naik menjadi 24.714.324 dibandingkan dengan tahun 2010. Begitupun dengan penerimaan, naik menjadi RM58.3 miliar dibandingkan RM56.5 miliar tahun sebelumnya.
“I would like to take this opportunity to thank all our partners in the Malaysian travel trade industry and overseas, as well as members of the media, for their support,” kata Ng Yen Yen. Di forum ini, dia berbicara menggunakan bahasa Inggris, bukan Melayu.
Ketika menyampaikan sambutan, Ng Yen Yen tidak berdiri di podium. Dia berbicara di floor, di tengah-tengah peserta. Ng Yen Yen tidak monolog. Dia mengerti betul materi yang disampaikan, termasuk kapan waktu harus mengajak peserta bicara. Suasananya dibikin hangat dan bersahabat.
Suasana tambah
akrab, setelah jamuan makan malam. Dalam sambutan kedua, Yen Yen menawarkan
tambahan tourism, yaitu pendidikan dan medical tourism. Di Malaysia, kata dia,
urusan kesehatan dan juga kecantikan, tersedia dengan kualitas terjamin dan
biaya rasional. Terbaca, Yen Yen hendak bersaing soal pengobatan dengan
saudaranya, Singapura.
Ng Yen Yen tak
malu-malu mengajak wartawan supaya mengabarkan kepada dunia agar berwisata ke
Malaysia, termasuk urusan medikal dan kecantikan. “The branding of Malaysia
as a luxury destination and our efforts to attract high yield tourists to
Malaysia have been well-received and this has made a difference,"
ujarnya. ***
Baca lanjutannya, bagian 2. Klik DI SINI
Selama sepekan (22-28 Maret 2012) mengikuti Malaysia Tourism, Kementerian Pelancongan Malaysia untuk menikmati pariwisata negeri jiran ini. Meski tidak terlalu wah, dari sisi budaya dan keindahan alam karena banyak kemiripan dengan Indonesia, tapi Malaysia tahu pariwisata apa yang mau dijual ke dunia.
Tulisan ini sudah diterbitkan di Koran Harian Politik Rakyat Merdeka di tahun 2012. Tulisan ini versi aslinya sebelum diedit oleh redaktur halaman Koran Harian Politik Rakyat Merdeka. Sekarang tentu situasi dan kondisi pariwista Malaysia mungkin tidak sama dengan 11 tahunn lalu.
kritis, konstruktif dan solutif