PERTENGAHAN tahun ini (2019), anak saya yang pertama akan lulus Sekolah Menenah Pertama (SMP). Selanjutnya, tentu saja masuk SMA. Namun, ribut-ribut mencari sekolah lanjutan (SMA) sudah saya lakukan sejak Desember lalu. Tahun 2018.
Internet jadi sarana utama. Hampir saban hari, ketika saya dengar informasi sekolah berasrama berkualitas, dengan biaya pendidikan terjangkau, saya sempatkan berselancar di dunia maya. Saya cari informasi sebelum mendatangi sekolah tersebut.
Pada tulisan lalu, saya sudah ceritakan sekilas tentang anak pertama saya. Namanya Asya Ramadiannisa Kaffa. Sekolah SMP di boarding school (Pesantren Al-Kahfi) Lido, Bogor.
Sebenarnya, di Al-Kahfi ada juga SMA dan MA (Madrasah Aliyah). Tapi mulai tahun ini (2019), santri SMP Al-Kahfi tidak otomatis bisa melanjutkan ke SMA atau MA Al-Kahfi. Bagi santri dan santriwati yang mau melanjutkan ke SMA dan MA, harus ikut tes masuk, seperti peserta didik lainnya.
Saya khawatir, anak saya tidak lulus tes. Nah, kenyataan itulah yang membuat saya harus melakukan antisipasi. Saya ‘berburu’ sekolah untuk anak pertama saya itu.
Bahkan, saya juga mengunjungi sekolah-sekolah yang di webnya, menginformasikan kegiatan-kegiatan sekolah dan bagus-bagus. Teman saya tanya, kenapa harus memilih boarding school dengan kriteria yang sudah saya tetapkan.
Kenapa tidak pilih sekolah negeri dekat rumah saja. Saya jawab, “Saya nggak mau hafalan (al-Qur’an) anak saya hilang.” Saat ini, Alhamdulillah, Kakak Asya hapal lima (5) Juz al-Qur’an. Tiga juz dari belakang (Juz 30, 29 dan 28) dan dua juz dari depan (Juz 1 dan 2). “Sayang kan hilang (hafalan al-Qur’an anak saya),” kata saya kepada teman ini.
Dia menganggukkan kepalanya. Saya juga menjawab kenapa tidak menyekolahkan anak saya di SMA Negeri. Saya ini tinggal di DKI Jakarta. Sementara KTP saya Kota Bekasi.
Sekarang ini, sistem penerimaan siswa sekolah berdasarkan zonasi. Artinya, sekolah akan mengutamakan peserta didik di sekitar lokasi sekolah. Acuannya KTP. Lah saya, KTP-nya Bekasi Kota. Makanya, saya berburu sekolah boarding.
Oleh: Abdul Shomad
kritis, konstruktif dan solutif