Saudaraku, di penghujung bulan Ramadhan ini saya ingin mengingatkan satu kewajiban yang harus kita laksanakan. Yaitu membayar zakat fitrah. Kewajiban yang tidak boleh tidak dan harus dikerjakan bagi muslim yang berpunya.
Saudaraku, para shahabat membayarkan zakatnya di penghujung bulan Ramadhan, sehari atau dua hari sebelum hari raya. Nabiallah Muhammad SAW mengajarkan kepada kita tentang mekanisme pembayaran zakat.
Saudaraku, Ibnu Umar berkata, “Rasulullah SAW menetapkan zakat fithri sebesar satu sha’ tamar (kurma) atau satu sha’ sya’ir (gandum).”
Hal yang sama dipertegas Abu Sa’id al-Khudry. Dia berkata, “Kami keluarkan zakat fithrah pada zaman Rasulullah SAW satu sha’ makanan. Ketika itu makanan kami berupa kurma, gandum, buah zabi dan aqath (semacam mentega)”.
Saudaraku, dalam kitab Taqrib dijelaskan, satu sha’ atau satu mud itu diperkirakan sama dengan 3 1/4 liter. Di Indonesia hitungan tersebut digenapkan menjadi 3 1/2 atau 4 liter makanan pokok. Belakangan, perkembangan zaman saat ini, pembayaran zakat fitrah kerap ditukar dengan uang yang sesuai dengan takarannya.
Saudaraku, satu hal yang tidak boleh ditukar-tukar. Yaitu, beras atau sejumlah uang yang harus kita bayarkan adalah sesuai dengan makanan pokok kita. Misalkan, jika setiap hari kita makan nasi dari beras yang satu liternya seharga Rp 7500, maka beras seharga itu pula yang kita zakatkan. Jangan untuk makan, beras yang mahal, tapi ketika berzakat mengunakan beras murah. Mari bayar zakat…
Saudaraku, para shahabat membayarkan zakatnya di penghujung bulan Ramadhan, sehari atau dua hari sebelum hari raya. Nabiallah Muhammad SAW mengajarkan kepada kita tentang mekanisme pembayaran zakat.
Saudaraku, Ibnu Umar berkata, “Rasulullah SAW menetapkan zakat fithri sebesar satu sha’ tamar (kurma) atau satu sha’ sya’ir (gandum).”
Hal yang sama dipertegas Abu Sa’id al-Khudry. Dia berkata, “Kami keluarkan zakat fithrah pada zaman Rasulullah SAW satu sha’ makanan. Ketika itu makanan kami berupa kurma, gandum, buah zabi dan aqath (semacam mentega)”.
Saudaraku, dalam kitab Taqrib dijelaskan, satu sha’ atau satu mud itu diperkirakan sama dengan 3 1/4 liter. Di Indonesia hitungan tersebut digenapkan menjadi 3 1/2 atau 4 liter makanan pokok. Belakangan, perkembangan zaman saat ini, pembayaran zakat fitrah kerap ditukar dengan uang yang sesuai dengan takarannya.
Saudaraku, satu hal yang tidak boleh ditukar-tukar. Yaitu, beras atau sejumlah uang yang harus kita bayarkan adalah sesuai dengan makanan pokok kita. Misalkan, jika setiap hari kita makan nasi dari beras yang satu liternya seharga Rp 7500, maka beras seharga itu pula yang kita zakatkan. Jangan untuk makan, beras yang mahal, tapi ketika berzakat mengunakan beras murah. Mari bayar zakat…
kritis, konstruktif dan solutif