TIGA BULAN HADAPI MUSIBAH

Tim Redaksi
0
Mengutip Dr Aidh bin Abdullah al-Qori dalam bukunya La Tahzan, dia menceritakan, pernah ada seorang bijak mengalami musibah silih berganti. Lepas dari satu musibah, datang lagi musibah yang lain, dan terus begitu tak pernah henti.

Sampai suatu ketika orang bijak ini dikunjungi para sahabatnya yang ingin menyampaikan belasungkawa. Menjawab pertanyaan para sahabatnya yang menjenguknya itu, orang bijak berkata, “Sungguh aku telah mengetahui obat penawarnya, yaitu enam ramuan yang diracik menjadi satu."

Para penjenguk bertanya, apakah itu? Orang bijak pun menjawab, “Pertama, percaya kepada Allah. Kedua, keyakinanku bahwa segala sesuatu ditakdirkan pasti terjadi. Ketiga, sabar adalah bekal yang terbaik bagi orang yang mengalami musibah. Keempat, jika aku tidak sabar, tiada sesuatu pun yang dapat kulakukan karena mengeluh tidak akan membantu diriku mengatasinya. Kelima, jika aku tidak sabar, bisa jadi keadaanku menjadi lebih buruk dari pada yang kurasakan sekarang. Dan keenam, ku yakini bahwa suatu waktu ke waktu yang lain pasti akan ada kemudahan.

Saudaraku, jika disederhanakan, cerita Aidh yang mengambil kisah dari kitab al-Faraj Ba’da asy-Syiddah (Kemudahan Sesudah Kesulitan) itu melahirkan tiga strategi besar untuk bisa keluar dari bencana. Pertama, Iman kepada Allah. Iman itu berarti kesempurnaan jalinan perkataan, pembenaran dengan hati dan perbuatan. Tak ada dusta antara perkataan, hati dan tingkah laku. Kalau mulut bilang A, maka hati harus membenarkan dan diwujudkan dalam perbuatan.

Kedua, bersikap sabar. Dalam al-Qur’an surat Ali Imran, 120 dan 125, kata-kata sabar selalu disandingkan dengan kata takwa. Artinya apa? Sabar yang dibenarkan adalah sabar dalam koridor ketakwaan. Bukan menyerah atas kezoliman, padahal kita benar.

Dalam Ali Imran 120, Allah secara tegas mengatakan, sabar dengan ketakwaan akan melemahkan musuh dan siapa saja yang zholim, termasuk penguasa yang zholim. Dalam Ali Imran 125, Allah kembali menegaskan, Dia akan mengirimkan lima ribu malaikat untuk menolong orang yang sabar dengan taqwa.

Dan ketiga, optimis. Ya optimis bahwa setelah kesusahan pasti ada kemudahan, setelah gelap pasti ada terang, dan setelah susah pasti ada senang. Optimis pasti bisa karena prosesnya suadh dijalani dengan benar.

Saudaraku, setidaknya nasihat orang bijak itu bisa kita wujudkan untuk mengatasi kesusahan hidup karena ekses dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) ini. Kita harus iman, sabar dan optimis bahwa semuanya akan berakhir kalau kita mau usaha. Amien. (*)
Tags

Posting Komentar

0Komentar

kritis, konstruktif dan solutif

Posting Komentar (0)