Lebaran berasal dari kata lebar yang diberi akhiran an. Artinya bebas. Dulu sewaktu saya masih kecil, saya sering sekali mendengar ungkapan senada, lebarin. Kata ini sering digunakan untuk tanaman kacang yang sudah tidak diambil hasilnya oleh pemilik atau penggarap. “Kebon kacang Pak Ujang sudah dilebarin.” Artinya kebun kacan Pak Ujang sudah dibebaskan untuk diambil siapa saja.
Dalam konteks Lebaran, juga sama. Seluruh umat muslim yang berpuasa pada bulan Ramadhan pada tanggal 1 Syawal dibebaskan untuk makan dan minum pada siang hari seperti hari-hari sebelum Ramadhan.
Lebaran cuma dikenal di Indonesia. Bagi yang lain lebih dikenal Idul Fithri. Idul berarti kembali. Dan fitri berarti berbuka. Idul fitri berarti kembali berbuka puasa. Belakangan kita sering mendengar Idul Fitri diartikan kembali menjadi suci setelah sebulan penuh menjalankan puasa berikut amalan sunahnya.
Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Shaum itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan korban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”. Hadits Mutafaq Alaih.
Saudaraku, di Indonesia banyak dikenal tradisi-tradisi yang unik menjelang lebaran. Misalnya saja mudik lebaran, dan keliling kampung seusai shalat Idul Fitri.
Bagi saya, semua tradisi itu baik. Mudik lebaran dan keliling kampung seusai shalat Idul Fithri mempunyai makna yang sangat dalam, silaturahmi dan saling maaf memaafkan. Silaturahmi diyakini menambah perasudaraan, bertambah umur dan memperbanyak rezeki. Kenapa? Boleh jadi dari hasil pertemuan penuh makna itu banyak hal yang bermakna yang dibicarakan.
Saudaraku, hidup tambah enteng jika beban kesalahan terhadap orang lain sudah dimaafkan. Kesalahan kita pada orang lain, hanya bisa diampuni oleh Allah jika orang itu sudah memaafkan. Itulah yang dikenal bagian dari Hablum minannas. Marilah di hari yang fithri ini kita saling bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Minal ‘Adin Wal Faizin, Taqabaallahu Minna wa Minkum Taqabal Ya Kariim. Kulluna bi Khair wa Nahnu mina Aminiin.
Dalam konteks Lebaran, juga sama. Seluruh umat muslim yang berpuasa pada bulan Ramadhan pada tanggal 1 Syawal dibebaskan untuk makan dan minum pada siang hari seperti hari-hari sebelum Ramadhan.
Lebaran cuma dikenal di Indonesia. Bagi yang lain lebih dikenal Idul Fithri. Idul berarti kembali. Dan fitri berarti berbuka. Idul fitri berarti kembali berbuka puasa. Belakangan kita sering mendengar Idul Fitri diartikan kembali menjadi suci setelah sebulan penuh menjalankan puasa berikut amalan sunahnya.
Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Shaum itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan korban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”. Hadits Mutafaq Alaih.
Saudaraku, di Indonesia banyak dikenal tradisi-tradisi yang unik menjelang lebaran. Misalnya saja mudik lebaran, dan keliling kampung seusai shalat Idul Fitri.
Bagi saya, semua tradisi itu baik. Mudik lebaran dan keliling kampung seusai shalat Idul Fithri mempunyai makna yang sangat dalam, silaturahmi dan saling maaf memaafkan. Silaturahmi diyakini menambah perasudaraan, bertambah umur dan memperbanyak rezeki. Kenapa? Boleh jadi dari hasil pertemuan penuh makna itu banyak hal yang bermakna yang dibicarakan.
Saudaraku, hidup tambah enteng jika beban kesalahan terhadap orang lain sudah dimaafkan. Kesalahan kita pada orang lain, hanya bisa diampuni oleh Allah jika orang itu sudah memaafkan. Itulah yang dikenal bagian dari Hablum minannas. Marilah di hari yang fithri ini kita saling bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Minal ‘Adin Wal Faizin, Taqabaallahu Minna wa Minkum Taqabal Ya Kariim. Kulluna bi Khair wa Nahnu mina Aminiin.
kritis, konstruktif dan solutif