ANAK SALEH

Tim Redaksi
0
Setelah 20 tahun berada di medan jihad di Khurasan dan Bukhara, Al Faruq akhirnya bisa kembali ke rumahnya di Madinah. Istrinya, ummu Rabi’ah masih mengenalinya dengan baik. Bayi yang dikandung sang istri sudah menjadi mufti Madinah.

Sebelum berangkat berjihad, Al Faruq membekali istrinya yang sedang mengandung, uang 30 ribu dirham. Begitu ia kembali, sebagai suami, Al Faruq ingin berwiraswasta. Ia meminta uang itu jika ada kelebihannya. Sang istri bingung. Soalnya uang itu sudah habis. “Lekaslah ke masjid. Bukankah kamu telah lama sekali tidak shalat di masjid Nabi? Tidakkah kamu rindu?” kata istrinya mengalihkan pembicaraan.

Setelah shalat, dibukalah majelis taklim. Ia mendengarkan dengan saksama tanpa tahu ulama itu. Ketika selesai, Al Faruq bertanya pada jamaah lainnya tentang siapa syaikh? “Sungguh guru kita seorang pemuda yang alim dan dihormati masyarakat. Ia banyak belajar dengan sahabat Rasulullah. Ia menghabiskan banyak uang untuk dihadiahkan kepada guru-gurunya dengan tujuan mereka mencurahkan segenap waktu untuk memberi ilmu kepadanya. Ia pernah berkata, “Harta yang habis bisa dicari, tapi guru-guru yang telah tiada siapakah penggantinya?”

Al Faruq mengaguminya. “Siapakah namanya?” “Dialah Rabi'ah A-Rayi bin Abu Abdurrahman. Tapi, bapaknya lebih dikenal dengan nama Al-Faruq. Dia masih berada di perbatasan Khurasan. Mungkin bapak pernah mendengar nama itu?”

Dia pulang ke rumah. “Kau berhasil, wahai isteriku. Kita telah mendapatkan sesuatu yang paling berharga di muka bumi ini!” kata Al Faruq dengan mata berkaca-kaca. “Apa yang kamu maksudkan, wahai suamiku?”

“Kita telah punya anak yang salih, anak yang akan mendoakan kita nanti bila kita telah tiada. Aku melihat anak kita sangat baik, bertakwa, dan memiliki ilmu luas. Sungguh Allah SWT telah mengangkat derajatnya lebih tinggi daripada yang kuduga,” kata Al Faruq lagi.

Ini peluang yang ditunggu-tunggu Ummu Rabi'ah. “Suamiku, manakah yang lebih engkau sayangi, uang 30 dinar atau anak kita yang kau ceritakan tadi?" "Demi Allah! Apalah artinya uang itu. Anak shalih lebih menyejukkan mataku!” jawabnya tegas.

Ummu Rabi’ah menjelaskan bahwa uang bekal sudah habis untuk membiayai anaknya belajar. “Demi Allah, engkau sungguh wanita yang bijak. Engkau seorang ibu sejati. Tidak salah aku memilihmu,” kata Al Faruq mantap.

Saudaraku, sungguh sebuah kisah yang memberikan pelajaran yang sangat berharga. Rasulullah bersabda, di antara amal yang terus menerus mengalir pahalanya adalah do’a anak saleh. Subhana Allah.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

kritis, konstruktif dan solutif

Posting Komentar (0)