Malaysia Tahu Apa Yang Mau Dijual
Selama sepekan (22-28 Maret 2012) saya, bersama media nasional
lainnya diundang Malaysia Tourism, Kementerian
Pelancongan Malaysia untuk menikmati pariwisata negeri jiran ini. Meski
tidak terlalu wah, dari sisi budaya dan keindahan alam karena banyak kemiripan
dengan Indonesia, tapi Malaysia tahu pariwisata apa yang mau dijual ke dunia.
SELEPAS tiba di LCCT-Kuala Lumpur International Airport, saya--bersama
media nasional lainnya--dijemput tour guide menuju Berjaya Time Square Hotel.
Di hotel yang bercampur dengan pusat belanja ini kami menginap. Setelah lunch
dengan suguhan makanan hotel, pukul 1500 hrs (14.00 WIB) kami diantar ke The
Saujana, Subang untuk mengikuti official programme.
Kami datang telat
di resort dan hotel yang masih berada di kawasan Kuala Lumpur itu. Untunglah
urusan registrasi sudah ada yang mengurus. Jadi, kami tinggal masuk ke ballroom
untuk mengikuti official programme. Begitu pintu ruangan saya buka, waw...sudah
banyak wartawan yang duduk khusuk mengikuti pemaparan objek wisata Malaysia.
Ternyata yang
diundang bukan cuma wartawan Indonesia. Ada 146 partisipan dari 22 negara dunia
yang diundang. Negara Asean diundang semua. Di luar itu, di antaranya ada
Australia, Belgia, Francis, Jepang, India, Selendia Baru, Rusia, Turki,
Inggris, Kanada, dan Korea Utara.
Para peserta
disuguhi slide dan film-film objek wisata berdurasi pendek di layar proyektor.
Semua film, mayoritas berisi keindahan bawah laut Malaysia, plus golf dan rumah
sakit. Official programme ditutup dengan pembagian sertifikat untuk peserta.
Terus rehat dan dilanjutkan lagi pukul 2000 hrs. Selama waktu rehat, acara diisi dengan jamuan
makanan ringan.
Di sini jadwal
acara mulai berubah-ubah. Yang semula acara hanya dihadiri Acting Direktor
General of Tourism Malaysia, Dato' Haji Azizan Noordin, ditingkatkan menjadi
dihadiri Menteri Pelancongan Malaysia, Dr. Ng Yen Yen. Sang menteri perempuan ini datang sekira
pukul 2000 hrs, disambut dengan karpet merah dan langsung diantarkan ke meja
VIP, di ballroom yang sudah disulap menjadi tempat jamuan makan malam yang
semua didgunakan untuk official programme.
Tak ada perbedaan
mencolok antara meja VIP dengan yang bukan VIP. Mejanya sama-sama bundar untuk
8 orang, berada di ruangan yang sama (ballroom) dan tanpa pembatas. Bedanya, di meja VIP, jamuan dinner-nya sudah
tersedia. Sedangkan di meja non VIP harus antre mengambil makanan yang
disediakan di luar ballroom.
Sebelum dinner
dimulai, Ng Yen Yen memberi sambutan pembuka. Dia menjelaskan sektor pariwisata
di Malaysia yang terus bertumbuh. Kunjungan wisatawan naik menjadi 24.714.324 24.577.196 dibandingkan dengan
tahun 2010. Begitupun dengan penerimaan, naik menjadi RM58.3 miliar
dibandingkan RM56.5 miliar tahun sebelumnya.
“I would like to
take this opportunity to thank all our partners in the Malaysian travel trade
industry and overseas, as well as members of the media, for their support,”
kata Ng Yen Yen. Di forum ini, dia berbicara menggunakan bahasa Inggris, bukan
Melayu.
Ketika menyampaikan
sambutan, Ng Yen Yen tidak berdiri di podium. Dia berbicara di floor, di
tengah-tengah peserta. Ng Yen Yen tidak monolog. Dia mengerti betul materi yang
disampaikan, termasuk kapan waktu harus mengajak peserta bicara. Suasananya
dibikin hangat dan bersahabat.
Suasana tambah akrab,
setelah jamuan makan malam. Dalam sambutan kedua, Yen Yen menawarkan tambahan
tourism, yaitu pendidikan dan medical tourism. Di Malaysia, kata dia, urusan
kesehatan dan juga kecantikan, tersedia dengan kualitas terjamin dan biaya
rasional. Terbaca, Yen Yen hendak
bersaing soal pengobatan dengan saudaranya, Singapura.
Ng Yen Yen tak
malu-malu mengajak wartawan supaya mengabarkan kepada dunia agar berwisata ke
Malaysia, termasuk urusan medikal dan kecantikan. “The branding of Malaysia as a luxury
destination and our efforts to attract high yield tourists to Malaysia have
been well-received and this has made a difference," ujarnya. ***
kritis, konstruktif dan solutif