Persatuan Mahasiswa Bekasi (Permasi) yang bertempat di Jakarta ini sudah sejak lama ada. Namun, seiring waktu yang terus bergulir, Permasi seakan ikut hilang. Permasi hanyut terbawa di laut. Ia timbul-tenggelam.
Setelah lama tenggelam, Permasi timbul lagi pada tahun 1996. Abdul Halim Aiman, mahasiswa fakultas Ushuluddin semester banyak waktu itu, yang membangkitkan semangat mahasiswa asal Bekasi untuk ngumpul dan bikin organisasi. Hampir tiga bulan Halim mengkonsolidasi mahasiswa-mahasiswi Bekasi. Akhirnya usaha itu membuahkan hasil.
Entah bulan berapa, Permasi akhirnya bisa Mubes pertama dan menetapkan Abdul Halim Aiman secara aklamasi sebagai Ketua Umum Permasi. Lelaki jangkung asal Buni, Bekasi Utara dengan didampingi Sekretrais Jenderal Ahmad Kholil ini pun bergeliat. Konsolidasi sesama mahasiswa Bekasi, dan alumni Permasi yang masih bisa terdata terus dilakukan. Berbagai program pun, Alhamdulillah bisa berjalan; Bimbingan Tes Masuk IAIN (UIN sekarang), Bakti Sosial, dan Satu Pekan Pagelaran Ramadhan. Ketiga program itulah yang bisa disebut sangat spektakuler.
Halim purna, tampuk kepemimpinan dilanjutkan oleh Ahmad Kholil dan Abdul Shomad, masing-masing sebagai Ketua dan Sekjen. Kholil, mahasiswa Fakultas Syariah ini pun berhasil menjaga eksistensi Permasi. Berbagai program spektakuler seperti pendahulunya pun bisa dilaksanakan.
Dan bahkan, di bawah kendali Sekjen, Permasi diperhitungkan dalam peta perpolitikan kampus (IAIN). Sebagai anak Tarbiyah yang punya mahasiswa terbanyak waktu itu, bocah Muara Gembong ini bisa bermanuver hingga duduk sebagai Wakil Presiden BEM IAIN tahun 2000.
Ia juga mampu mendoktrin mahasiswa Bekasi yang beraneka warna organisasi ekstern. "Apa pun Organisasi Eksternnya, kalau anak Bekasi nyalon di kampus harus didukung. Baju kita sama Permasi." Doktrin inilah yang bisa membawa anak Bekasi punya nilai jual.
kritis, konstruktif dan solutif